Jalan Yang Lebih Tinggi: Belajar Dari Menara Babel

Kajian - kitabterbuka, Di dunia kita saat ini, platform media sosial seperti Instagram, Twitter, TikTok, dan YouTube telah memberikan individu peluang yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mempromosikan diri dan membangun platform untuk ketenaran mereka.

Keinginan untuk dikenal, dikagumi, dan dirayakan dapat menuntun orang ke jalan yang mengesampingkan Tuhan dan bimbingan-Nya. Dalam kisah Menara Babel di Alkitab, kita menemukan contoh peringatan yang kuat tentang bahaya mencari ketenaran sambil mengabaikan Tuhan.

Dalam perjalanan iman kita, kita akan menemui beberapa persimpangan jalan. Di sinilah kita harus memutuskan, apakah kita akan mencari jalan kita sendiri atau mengikuti jalan Allah yang lebih tinggi. Menara Babel dalam Kejadian 11 menjadi pengingat yang kuat bahwa jalan Allah lebih tinggi daripada jalan kita – bahkan ketika kita berpikir bahwa kita telah sampai pada titik di mana kita tidak membutuhkan Allah lagi, dengan menara pembelajaran kita sendiri.

Panggilan Abraham datang segera setelah kisah Menara Babel. Tuhan akan selalu campur tangan ketika umat manusia mencoba membangun dunia yang mengesampingkan-Nya. Mereka ingin membangun masyarakat untuk nama mereka sendiri dan untuk memuliakan umat manusia. Mereka menggantikan Tuhan dengan penyembahan diri sendiri dan langit. Arti sebenarnya bukanlah membangun menara menuju langit, tetapi menara dengan langit di atasnya atau lambang zodiak.

Dalam budaya kontemporer kita, banyak orang mendambakan ketenaran, dan ada seruan yang terus meningkat untuk "perhatikan saya." Mengejar ketenaran seringkali menjadi fantasi, mimpi yang bergantung pada jumlah "like" di YouTube atau pengaruh yang dapat diberikan seseorang. Sebagai orang Kristen, kita harus ingat bahwa nilai kita terutama berasal dari identitas kita di dalam Kristus.

Tidak semua ketenaran itu salah. Ada fantasi ketenaran dan ada realisme ketenaran. Jika Anda mengejar takdir yang diberikan Tuhan dan hasilnya adalah Anda menjadi terkenal, itu bukanlah fantasi, itu sebenarnya bagian dari takdir Anda dan akan ada anugerah dari Tuhan untuk menanggung beban dan ketenaran ini. Tentu saja Abraham mencapai tingkat ketenaran yang jarang dicapai oleh orang lain. Namun tujuannya sederhana, yaitu untuk menaati Tuhan, bukan untuk menjadi terkenal. Jika tujuan Anda adalah untuk menjadi terkenal, ketenaran akan menjadi Tuhan palsu dan menghancurkan Anda.

Di Menara Babel, orang-orang membuat kesalahan dengan berpikir bahwa karena mereka mengesampingkan Tuhan dari rencana mereka, maka Tuhan tidak ada atau tidak peduli. Pada titik inilah rahmat ilahi Tuhan terlihat melalui panggilan Abraham.

Beberapa pelajaran berharga yang dapat kita ambil dari Menara Babel adalah:

1. Pengejaran kemuliaan diri akan mengalihkan perhatian kita dari mencari Tuhan dan tujuan-Nya bagi hidup kita. Orang-orang Babel, yang dipimpin oleh seorang pria bernama Nimrod, berusaha membangun menara yang akan membawa kemuliaan bagi diri mereka sendiri, suatu tindakan pembangkangan terhadap kehendak Tuhan. Hingga hari ini nama Nimord digunakan untuk menyebut seseorang yang pemberontak dan seringkali seorang tiran.

2. Tuhan tidak akan membiarkan manusia membangun masyarakat yang langgeng yang akan mengesampingkan-Nya. Tuhan mengamati apa yang terjadi, dan ketika keadaan sudah terlalu jauh, Dia turun tangan dan mengacaukan bahasa mereka, yang menyebabkan penyebaran orang-orang dan penghentian pembangunan menara. Persatuan orang-orang di Babel didasarkan pada pengucilan Tuhan dari urusan mereka. Mereka bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang independen dari pengaruh-Nya. Persatuan mereka menyebabkan konsentrasi kejahatan, menunjukkan bahwa persatuan tanpa nilai-nilai Tuhan dapat menyebabkan korupsi dan kehancuran.

3. Jalan Tuhan selalu lebih tinggi daripada jalan kita. Yesaya 55:9 mengingatkan kita bahwa jalan dan pikiran Tuhan lebih tinggi daripada jalan dan pikiran kita. Menara Babel menggambarkan bagaimana manusia dapat mengacaukan kebesaran dengan kepentingan, berjuang untuk mendapatkan arti penting terlepas dari Tuhan. Ketika kita memprioritaskan jalan kita sendiri di atas jalan Tuhan, kita berisiko kehilangan pandangan akan rencana ilahi-Nya.

4. Menara dan kota yang dibangun Nimrod melambangkan dosa kesombongan—upaya untuk memperoleh keamanan dan arti penting di luar Tuhan. Ini adalah pergumulan universal, karena kita sering mencari ketenaran untuk memvalidasi nilai diri kita. Namun, semakin penting Tuhan dalam hidup kita, semakin kurang penting ketenaran itu.

5. Kerendahan hati di hadapan Tuhan adalah kunci untuk diangkat. Yakobus 4:10 mengatakan, “Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan mengangkatmu.” Jauh lebih baik jika Tuhan mengangkat kita daripada kita mengangkat diri sendiri. Yesus mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati datang dari “miskin dalam roh”, mengakui kebutuhan kita akan Tuhan. Ketergantungan kita pada Tuhan, bukan pada prestasi kita sendiri, adalah penawar bagi kesombongan yang memicu Menara Babel.

6. Membangun hidup Anda di atas firman Tuhan memastikan bahwa hidup Anda akan mampu menghadapi pasang surut kehidupan. Mazmur 127:1 menekankan bahwa jika bukan Tuhan yang membangun rumah, usaha kita sia-sia. Menara Babel mengajarkan kita pentingnya membangun hidup kita di atas fondasi Tuhan. Dialah menara keselamatan dan keamanan kita yang kuat (Amsal 18:10).

Kisah Menara Babel dalam Kitab Kejadian mengingatkan kita akan bahaya mencari kemuliaan dan ketenaran sendiri, serta menempuh jalan tanpa bimbingan Tuhan. Hal yang bijak adalah membangun hidup kita di atas dasar kasih dan hikmat-Nya, sehingga kita dapat mengalami makna dan tujuan sejati yang melampaui pencapaian manusia.

youtube

Translate